Sabtu, 17 November 2012


Sepenggal Kisah Cinta Remaja dalam Fiksi

sabtu 17 november 2012
Judul Buku : Falling For You
Penulis : Riris R.F.
Penerbit : Bentang Belia
Terbit  : Cetakan I, Agustus 2012
Halaman : vi + 186 halaman
ISBN  : 978-602-9397-46-8

Karya sastra hingga kini masih ditunggu penikmatnya. Begitu juga novel, masih mendapat tempat di hati pembacanya. Sejumlah penulis muda mulai bermunculan dengan genre novel remaja. Mereka menuangkan pengalamannya melalui genre sastra yang satu ini.

Karya sastra adalah hasil sebuah perenungan yang mendalam dari seorang pengarang dengan media bahasa. Pengarang menuangkan pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide, dan semangat keyakinan dan kepercayaannya yang diekspresikan ke dalam sebuah karya sastra. Karya sastra mampu memberikan kesadaran dan pengalaman batin bagi pembacanya. Menurut Sumardjo dan Saini (1991:10), pengalaman manusia merupakan akumulasi yang utuh karena meliputi kegiatan pikiran, nalar, kegiatan perasaan, dan khayal.

Hal ini juga dialami Riris R.F.. Penulis muda berbakat ini mengangkat tema usaha kawin muda yang menimpa tokoh Citra Evialina dalam novel Falling For You terbitan Bentang Belia Yogyakarta. Citra nampak kaget setelah mendengar pernyataan ayahnya bahwa ia akan ditunangkan dengan Arza.

“Cowok itu adalah anak teman papa sesama kepala polisi. Alasan kenapa aku harus tunangan dengan cowok menyebalkan itu adalah karena papa akan ditugaskan lagi, kali ini di tempat yang nggak ada di peta. Papa nggak mau aku ikut berpindah-pindah terus dengannya karena sangat merepotkan.”(hal. 2).

Ironis, ketika seorang anak usia pendidikan harus berhadapan dengan peristiwa seperti itu. Apalagi, usia Citra masih sekitar 17 tahun. Bahkan, ayah Citra, Pak Daruansyah Setya Budi menginginkan agar Citra mau menikah lebih cepat.
Citra tidak bisa menentang kehendak ayahnya yang tergolong keras kepala. Kini Citra tidak memiliki tempat untuk mengadu. Ibunya meninggal dunia sejak Citra berusia enam tahun karena kanker payudara.

Citra dan ayahnya kini menuju Pekalongan, tempat tinggal Arza. Di sana, Pak Daruansyah dan ayah Arza bercengkrama sangat akrab. Melihat hal itu, Citra nampak muak. Ia memilih jalan-jalan di sekitar rumah itu.

Sial, Citra tiba-tiba diserempet sepeda motor. Ia sempat menghindar. Namun, ia tak mampu menjaga keseimbangan tubuhnya. Ia terguling jatuh.

“Kulihat motor Mega Pro itu perlahan-lahan berhenti setelah menyerempetku. Waduh, baik banget, deh cowok ini mau bertanggung jawab. Saat cowok ini membuka helmnya, aku langsung terbengong saking terpananya. Dia keren banget pakai kacamata hitam. Ganteng banget.” (hal. 15).

Citra dan pemilik motor itu sempat adu mulut. Rasa kagum Citra terhadap lelaki itu menjadi buyar setelah diomeli dan membuat tensi darahnya naik. Lelaki itu pun tak mau disalahkan. Bahkan, keduanya mengeluarkan kata-kata kotor.

Citra memilih kembali ke rumah Arza. Ia semakin kaget ketika terdapat Mega Pro diparkir di halaman rumah Arza. Ternyata, lelaki yang menabraknya tadi adalah calon tunangannya. Sejak mereka tinggal satu rumah, mereka sering jalan berdua.
Suatu ketika, Citra berkenalan dengan seorang lelaki bernama Andika. Mereka berjalan-jalan menyusuri Kota Pekalongan. Setelah makan malam di sebuah kafe, mereka pulang ke rumahnya masing-masing.

Perkenalannya dengan Andika ternyata menjadi bumerang bagi pertunangan mereka. Andika sempat mengajak Citra berdansa di sebuah club karaoke. Rupa-rupanya, Arza telah membuntuti mereka berdua hingga ke club karaoke. Arza datang secara tiba-tiba dan menghantam hidung Andika.

Rasa cemburu Arza semakin menjadi ketika Citra selalu bersama Andika. Bahkan, terjadilah perkelahian berikutnya. Waktu itu, Arza dalam kondisi sakit. “Dengan cepat, dia menghampiri Andika yang masih terhuyung, berusaha bangun. Mereka mulai berkelahi satu sama lain.” (hal. 166). Akibat perkelahian itu, mereka sama-sama harus dirawat di rumah sakit.

Sebenarnya, Citra masih menaruh hati terhadap Arza. “Aku menggenggam tangan Arza dengan kuat. Arza harus tahu, masih ada aku di sini, di sampingnya, dan akan selalu melindunginya.” (hal. 170).

Tiga hari kemudian, Arza keluar dari rumah sakit. Sedangkan Andika baru bisa meninggalkan rumah sakit seminggu kemudian. Citra harus menemani Arza belajar materi sekolah yang tertinggal selama Arza berada di rumah sakit. Apakah mereka akan melanjutkan rencana pernikahan setelah pertunangan tersebut?

Novel yang ditulis Riris ini memiliki alur terbuka. Penulis tidak menjelaskan secara verbal tindak lanjut dari pertunangan itu. Walaupun demikian, novel ini memiliki cerita remaja dengan segala permasalahannya yang patut dijadikan bahan renungan. Selain bahasanya renyah, novel ini menggunakan bahasa remaja yang jauh dari kesan formal.